1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (311 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...
Published on: October 5, 2008 - 5:00 AM

Tokoh-Tokoh PUNAKAWAN dalam Pewayangan JAWA

SALAM RAHAYU

Dalam kesenian Jawa, khususnya wayang orang maupun wayang kulit, tentu tidak asing dengan karakter-karakter bernama Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Keempat tokoh tersebut biasa disebut sebagai Punakawan atau Panakawan. Dalam setiap pementasan Wayang, keempatnya hampir selalu muncul pada saat kondisi-kondisi tertentu dalam setiap lakon pewayangan Jawa.

Meski banyak berperan dalam mengisi hiburan agar lakon wayang menjadi lebih gayeng, kehadiran para tokoh Punakawan tersebut ternyata sering pula memiliki peran penting dalam menghidupkan isi cerita di pementasan wayang.

Punakawan

Sejarah Punakawan

Meski wayang bersumber dari naskah epik Mahabharata dan Ramayana, namun keempat tokoh Punakawan justru tidak ditemui dalam naskah asli kedua cerita tersebut. Konon, munculnya keempat tokoh tersebut adalah hasil ciptaan pujangga Jawa untuk lebih menghidupkan isi cerita dalam lakon wayang.

Menurut Sejarawan Slamet Muljana, tokoh Punakawan muncul pertama kali dalam karya sastra Ghatotkacasraya karangan Empu Panuluh pada zaman Kerajaan Kediri. Ada pula yang berpendapat bahwa kehadiran para tokoh Punakawan tersebut merupakan hasil kreasi Sunan Kalijaga, sebagai pelengkap cerita agar lebih berwarna, sekaligus sarana dakwah agar manusia senantiasa Eling kepada Yang Kuasa.

Pengertian Punakawan

Menurut pengertiannya, istilah Punakawan berasal dari kata Puna yang berarti paham dan mengerti banyak hal, dan kawan yang artinya teman. Dalam cerita wayang, selain menjadi abdi atau pengikut bagi para kesatria Pandawa, para tokoh Punakawan ini juga berperan dalam memahami masalah yang menimpa majikan mereka. Tidak jarang mereka bahkan seringkali memberikan nasehat atau solusi kepada majikan mereka.

Penafsiran lain mengatakan bahwa Puna berarti terang, sedangkan kawan berarti teman atau saudara. Maksudnya, Punakawan adalah teman atau saudara yang mengajak ke jalan yang terang.

Selain kedua penafsiran tersebut, ada pula yang mengartikan bahwa Puna berarti susah, sedangkan kawan berarti teman atau saudara. Artinya, Punakawan adalah teman atau saudara yang menjadi pelipur lara di kala susah.

Penafsiran lain lagi yang lebih dalam mengatakan bahwa Puna atau Pana berarti fana atau ketidakkekalan, dan kawan artinya teman atau saudara. Maknanya, Punakawan juga bisa ditafsirkan sebagai teman atau saudara yang mengajak ke jalan kebenaran saat masih di alam fana. Jika digabungkan, maka arti dari tokoh Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong memiliki arti “bergegaslah memperoleh kebaikan dan tinggalkanlah perkara buruk di saat masih hidup”.

Di dalam lakon wayang, keempat tokoh Punakawan tersebut memang seringkali digambarkan sebagai kelompok penebar humor di tengah-tengah jalannya cerita. Tingkah laku dan ucapan mereka yang biasanya disesuaikan dengan zaman masa kini, hampir selalu mengundang tawa para penonton. Meski demikian, ada lakon-lakon tertentu dalam wayang yang menjadikan mereka terlibat langsung dalam isi cerita seperti Petruk Dadi Ratu, Gareng Dadi Ratu, Petruk Mantu, Semar Mantu, Punakawan Kembar, atau lakon lainnya.

Sebenarnya jika dicermati, keempat tokoh ini melambangkan karakter orang kebanyakan, dari karakter penghibur, penasihat para ksatria, pengkritik sosial, bahkan sumber kebenaran dan kebijaksanaan. Untuk mengenalnya lebih dalam, berikut informasinya.

1. SEMAR

Tokoh ini seringkali dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat bagi para kesatria baik dalam pementasan wiracarita Mahabharata maupun Ramayana. Ia biasa digambarkan sebagai penjelmaan dewa (Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa) yang hidup sebagai rakyat jelata, sehingga dikatakan Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan.

Bentuk fisiknya unik, bertubuh pendek, wajah putih, perut buncit dan berbokong besar. Tubuh bulatnya merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya. Semar digambarkan sebagai tokoh yang rendah hati, jujur, sabar dan bijaksana. Kepala dan pandangan Semar yang menghadap ke atas menggambarkan kehidupan manusia agar selalu mengingat Sang Kuasa. Tidak heran, di kalangan spiritual Jawa, tokoh satu ini juga dianggap sebagai simbol ke-Esaan.

2. GARENG

Gareng atau Nala Gareng adalah punakawan yang memiliki ketidaklengkapan bagian tubuh. Kakinya yang pincang merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain.

Gareng adalah karakter yang pandai bicara, namun apa yang dikatakannya kadang-kadang serba salah. Dikisahkan Gareng dulunya adalah seorang kesatria tampan dan sakti bernama Bambang Sukodadi. Namun karena sombong, ia selalu menantang duel setiap kesatria yang ditemuinya. Suatu ketika ia berduel dengan kesatria lain (Bambang Pecuk Penyukilan/Petruk) yang memiliki kesaktian berimbang, sehingga wajah dan fisik rupawan Gareng berubah menjadi buruk rupa. Pada akhirnya, Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung) dari Semar.

3. PETRUK

Dikisahkan bahwa saat terjadi duel antara Bambang Sukodadi (Gareng) dan Bambang Pecuk Penyukilan, keduanya akhirnya dilerai oleh Semar. Keduanya yang fisiknya berubah menjadi buruk rupa akhirnya memutuskan untuk berguru dan ikut bersama Semar. Bambang Pecuk Penyukilan kemudian dikenal dengan nama Petruk.

Sebagai anak kedua yang diangkat oleh Semar, Petruk digambarkan sebagai sosok yang gemar bercanda, baik melalui ucapan ataupun tingkah laku. Petruk juga memiliki nama lain yakni Kanthong Bolong, yang artinya suka berdema. Sebagai punakawan, ia adalah sosok yang bisa mengasuh, merahasiakan masalah, pendengar yang baik, dan selalu membawa manfaat bagi orang lain.

Dalam Spiritual Islam Jawa, nama Petruk sendiri konon berasal dari kata dalam bahasa Arab “fatruk” yang maksud artinya yaitu tinggalkanlah segala yang dilarang Gusti Allah.

4. BAGONG

Bagong adalah punakawan sekaligus anak angkat terakhir (bungsu) yang diasuh oleh Semar. Ciri-ciri fisik Bagong digambarkan bertubuh bulat, matanya lebar, bibirnya tebal dan terkesan memble. Di antara anggota punakawan lainnya, Bagong adalah sosok paling lugu dan kurang mengerti tata krama. Gaya bicaranya juga terkesan semaunya sendiri.

Meski begitu, Bagong berwatak jujur sehingga majikannya tetap bisa memaklumi karakter satu ini. Konon, Bagong adalah tokoh yang diciptakan dari bayangan Semar, sehingga tubuhnya tambun gemuk seperti halnya Semar.

Karakter yang disimbolkan dari Bagong adalah meski punya kekurangan, manusia harus selalu berlaku jujur, sederhana apa adanya tanpa harus dibuat-buat dan selalu berusaha bermanfaat bagi orang lain.

Selain keempat tokoh di atas, sebetulnya ada juga punakawan dari sisi pihak lain, yang terdiri dari karakter bernama Togog dan Bilung. Namun memang yang lebih populer dan lebih dikenal luas adalah empat tokoh Punakawan di atas.

Demikianlah sedikit uraian mengenai para tokoh Punakawan dalam pewayangan Jawa. Tentunya ada banyak penafsiran lainnya dari berbagai versi yang melengkapi sifat, karakter dan filosofi hidup, yang bisa diambil hikmahnya dari sosok para Punakawan di atas.

Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Twitter: @Wuryanano

Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (311 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...

Leave a Comment

Your email address will not be published.