Waktu terus berjalan. Sekembali saya dari Bontang, Kalimantan Timur pada akhir 1990, di mana dulu selama kurang lebih 1,5 (satu setengah) tahun, saya bekerja sebagai Manager Unit Pertanian dan Peternakan Terpadu (UPPT) PT. Pupuk Kalimantan Timur, dan mengundurkan diri pada akhir tahun 1990. Alasan mengundurkan diri, karena saya punya keinginan untuk bekerja mandiri sebagai Pengusaha. Sempat terbersit di pikiran saya, apakah pilihan saya untuk menjadi seorang Pengusaha ini sudah tepat, dan mampukah saya untuk menjalani hidup sebagai Pengusaha, yang notabene tidak dapat diduga penghasilannya tiap bulannya?
Yah, soal penghasilan ini jelas beda dengan ketika saya masih menjadi Manager di UPPT tersebut, jelas ada kepastian, berapa duit yang saya terima di setiap bulannya, dan itu pun masih tambahan berbagai fasilitas dari perusahaan lagi. Dua dunia yang sangat berbeda. Namun bagaimana pun juga, saya harus mengikuti keinginan saya tersebut, untuk menjadi seorang Pengusaha Sukses!
Ketika pertama kali saya memasuki dunia bisnis, dan itu bisnis saya sendiri, ada kecemasan tersendiri yang menggelantung di pikiran saya. Rasa cemas itu karena saya belum mengenal siapa nanti yang akan menjadi pelanggan saya atau pun yang nanti mau bermitra dengan saya. Oleh karena itu, sebelum 100% saya memulai bisnis sendiri, beberapa saat lamanya, saya lebih dulu bekerja sebagai seorang medical representative, yang menawarkan obat-obatan ke berbagai pengusaha ternak di berbagai wilayah di Jawa Timur, guna mengasah kemampuan saya berkomunikasi kepada beragam orang yang saya temui.
Saat awal memulai bisnis sendiri, akhirnya saya memutuskan untuk berani mendatangi orang per orang, yang saya harapkan nantinya dapat menjadi pelanggan saya atau bahkan mau bermitra dengan saya. Saya mulai menjalankan ide saya ini dengan mengetok banyak pintu rumah, untuk memulai silaturahmi guna menjalin relasi bisnis.
Sungguh, terus terang saya merasa enggan untuk mengetok pintu-pintu rumah orang yang belum pernah saya kenal sebelumnya. Perasaan enggan ini terutama, saat saya baru mulai mengetok pintu rumah pertama yang saya kunjungi, berbagai macam perasaan berkecamuk di benak saya. Rasa ragu, khawatir, takut, dan malas bersimpang siur dalam benak saya. Sebuah permulaan yang amat sulit bagi saya.
Namun, di tengah kebimbangan itu, saya ingat pernah membaca sebuah pepatah yang berbunyi, “Jika kau takut melakukan sesuatu, segera lakukan itu, dan rasa takutmu akan menghilang dengan sendirinya” … Akhirnya, saya meyakinkan diri sendiri, bahwa saya harus segera melakukan apa yang saya takutkan itu, apa pun yang nanti akan terjadi, saya harus melakukan perjalanan dari pintu ke pintu, mengetoknya dan berbicara pada pemilik rumahnya. Ini sebuah komitmen saya, karena saya sudah memutuskan untuk menjadi seorang Pengusaha, dan komitmen ini harus saya lakukan secara konsisten!
Langkah awal, saya berjanji dengan diri sendiri, tepatnya, saya membuat janji dengan diri saya sendiri untuk mendatangi rumah pertama, dan mengetok pintunya. Janji ini harus saya tepati. Rasa enggan untuk mengetok pintu pertama ini tetap ada, namun saya terus melanjutkan perjalanan dari pintu ke pintu (jadi ingat lagunya Ebit G. Ade: Dari Pintu Ke Pintu), dan mengetoknya untuk menawarkan bisnis saya kepada pemilik rumah.
Mulai pintu pertama, ke dua, ke tiga, secara pelahan-lahan, perasaan enggan saya mulai berkurang. Dan pada saat mengetok pintu ke empat, ke lima, dan seterusnya… saya justru mulai termotivasi dari kegiatan saya itu, sehingga saya semakin bersemangat untuk mendatangi rumah-rumah selanjutnya, yang sudah ada di dalam daftar prospek saya. Jika saya tidak bertemu dengan prospek saya, saya tetap mendatanginya di hari berikutnya, tanpa merasa enggan atau khawatir lagi. Begitu seterusnya saya melakukan perjalanan dari pintu ke pintu ini.
Ternyata, pepatah yang pernah saya baca itu sungguh membantu saya secara mental, dan membuktikan bahwa dengan pendekatan ini, telah menghapuskan penundaan, keengganan, kekhawatiran, dan menciptakan keberanian membuat perjanjian dengan diri sendiri untuk melakukan tindakan konstruktif. Di masa mendatang, saya akan selalu membuat perjanjian dengan diri saya sendiri, ketika saya hendak melakukan suatu pekerjaan, yang menuntut keberanian saya untuk segera bertindak, hingga saya tidak lagi merasa khawatir dan menunda-nunda pekerjaan impian saya, menjadi Pengusaha Sukses.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter: @Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College