Saya selalu berpikir, “Mengapa banyak orang tidak berusaha lebih menikmati rasa kemanusiaan yang ada dalam kehidupan ini?” Dengan kata lain, jika melihat perilaku manusia saat ini, jumlah orang yang benar-benar hidup dengan penuh harapan dan penuh keyakinan, amatlah sedikit. Pada umumnya, lebih banyak orang yang menjalani kehidupannya secara negatif, tanpa semangat, tiada daya juang, dan tanpa kekuatan. Atau bisa kebalikannya, terlalu bersemangat tak terkendali dan menghalalkan segala cara untuk meraih impian-impiannya, dengan tidak mempedulikan orang lain, terserah orang lain mau jadi apa … siapa peduli?
Kalau kita lihat lebih mendalam, hal tersebut terjadi karena mereka hidup tanpa berusaha untuk bisa menikmati “rasa kemanusiaan”, tidak ada perasaan “tenggang rasa” sebagai sesama manusia. Yang saya maksudkan dengan rasa kemanusiaan di dalam kehidupan adalah: hal-hal yang berhubungan dengan hati dan perasaan, tidak berhubungan dengan hal-hal yang bersifat material. Masih banyak orang mencari “rasa kemanusiaan” dalam kehidupan sehari-hari melalui hal yang berbentuk material saja. Sehingga mereka ini membenarkan “egoisme pribadi”, dan menganut “prinsip egoistis”. Mereka, para penganut “prinsip egoistis” ini, bisa dipastikan hanya memahami dan mengikuti 2 (dua) macam prinsip, yaitu: “Prinsip Masa Kini” dan “Prinsip Material”.
Mereka yang menganut Kedua Prinsip tersebut umumnya menganggap bahwa bekerja hanya untuk hidup saja. Mereka tidak mempunyai pikiran yang benar mengenai hal yang sangat mendasar, yang penting, dan mempunyai nilai-nilai yang amat tinggi. Inilah yang sebenarnya merupakan sasaran kita sebagai manusia, yaitu: sebenarnya bukannya kita bekerja untuk dapat hidup, tetapi “esensi” sesungguhnya adalah: KITA HIDUP UNTUK BEKERJA.
Jadi, orang-orang yang mengutamakan “prinsip masa kini” dan “prinsip material” ini; jika hasil kerjanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya, maka akan timbul “rasa tidak adil”, tidak puas, atau bahkan kadangkala merasa putus asa, kehilangan gairah hidup, dan hanya menjalani hidup tanpa semangat.
Menurut saya, tidak peduli dengan pandangan hidup macam apapun, kehidupan di dunia ini tidaklah disusun hanya dengan “Prinsip Masa Kini” dan “Prinsip Material” saja. Yang saya maksud dengan “Prinsip Masa Kini” adalah, “prinsip yang mengutamakan kehidupan masa kini, tidak mempedulikan adanya kehidupan di masa lalu, maupun di masa mendatang atau masa depan”. Sedangkan maksud saya dengan “Prinsip Material” adalah, “mengabaikan masalah kerohanian, dan hanya mengutamakan masalah sandang, pangan, dan papan saja”.
Demikian juga, seandainya mereka yang “egois” itu sudah berhasil mencapai kedudukan yang tinggi, atau telah memperoleh kemakmuran harta benda duniawi; semuanya tetap saja tidak berarti, terasa hampa, dan kesepian dalam hidupnya. Dan, akhirnya menjadi “Masya Allah”… Inilah yang disebut “Orang Kaya Tapi Miskin” atau “Gengsi Tapi Tak Berkantong”.
Untuk dapat menikmati hidup dalam kebahagiaan sejati, suatu kehidupan yang penuh arti, maka kita harus selalu memperhatikan, agar dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat merasakan adanya suatu kenikmatan, yaitu bisa menikmati “rasa kemanusiaan” ini.
Jika seseorang hidup tanpa dapat merasakan rasa kemanusiaan dalam hidupnya, maka dia tidak dapat dikatakan telah hidup dalam kehidupan yang sebenarnya. Dan, rasa kemanusiaan ini baru bisa kita nikmati jika kita bisa mengendalikan diri kita dari pengaruh negatif “prinsip masa kini” dan “prinsip material” tersebut.
Jadi, Anda harus bisa mengendalikan kekuatan “prinsip masa kini” dan “prinsip material” ini demi kebaikan, dan kebahagiaan hati Anda; jangan sampai justru kedua prinsip ini yang mengendalikan hidup Anda.
Intinya adalah, “bekerja dan beramal”, merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, jika Anda ingin hidup penuh semangat dan mendapatkan kebahagiaan sejati.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter: @Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College