Cukup banyak informasi, baik di buku cetak, maupun buku online, termasuk artikel di website saya ini, tentang ilmu Kepemimpinan, sehingga kita dapat belajar bagaimana menginspirasi, mengelola, dan mengembangkan tim; bahkan bagaimana saat menghadapi konfrontasi. Namun ketika terjadi krisis, kita sering menjadi bingung di tengah jalan yang berliku tanpa arah.
Krisis itu sering tidak terduga, kacau, dan bisa mengubah segalanya. Itu biasanya belum pernah terjadi sebelumnya atau krisis baru itu memiliki karakteristik berbeda dari krisis di masa lalu. Kebanyakan kepemimpinan berkaitan dengan pengalaman dan pengetahuan. Nah, bagaimana jika kita sedang mengalami krisis baru, yang belum pernah kita alami sebelumnya? Simak terus tulisan saya ini.
Bayangkan para pemimpin hebat di dunia, dan bagaimana mereka harus memulai perjalanan kepemimpinan pribadi mereka. Mereka harus menggunakan sumber daya yang sudah mereka miliki untuk menavigasi kenyataan yang tidak diketahui. Mereka memahami bahwa untuk memimpin dalam krisis, mereka harus mengidentifikasi nilai-nilai dan keyakinan inti mereka, untuk menciptakan strategi kepemimpinan sukses.
Ketika ada krisis baru, misalnya pandemi COVID-19 ini, kita harus bergantung pada kebajikan inti kita untuk menguraikan rencana secara tepat.
Berikut adalah 5 Cara Memimpin di Saat Situasi Kritis
1. Memahami Penglihatan Mata
Tokoh Samurai, Miyamoto Musashi mengajarkan tentang bagaimana kita memandang segala sesuatu di dunia. Dia berbicara tentang Mata Pengamatan, dan Mata Persepsi. Mata Pengamatan, melihat realitas suatu situasi, menganalisa situasi, dan melihatnya apa adanya. Mata Persepsi, adalah ketika kita melihat sesuatu dan menciptakan persepsi, pendapat, dan emosi kita tentang situasi tersebut.
Mata Pengamatan memberi kita kekuatan untuk secara objektif mempelajari suatu masalah karena realitasnya dan mengambil tindakan yang dipeelukan. Ketika melihat krisis dengan Mata Pengamatan, kita memperlengkapi diri kita untuk menemukan solusi terbaik, tanpa menyerah pada kecemasan dan tekanan. Dan melalui Mata Persepsi, kita bisa mengatur dan mengendalikan emosi, tidak emosional terhadap situasinya.
2. Pimpin dengan Karakter
Bakat mungkin mengangkat kita menuju kesuksesan, tetapi karakterlah yang menopang kesuksesan kita. Keutamaan, keyakinan inti, dan identitas adalah yang membantu kita menavigasi diri pada saat situasi sulit. Karakter kita memberi kekuatan untuk menafsirkan situasi dan memutuskan hal yang benar untuk dilakukan, walaupun itu mungkin tidak masuk akal pada saat itu.
Ketika menghadapi krisis, kita mungkin tergoda untuk mengambil jalan keluar yang mudah atau untuk melakukan apa yang ditekankan oleh teman-teman kita untuk kita lakukan. Karakter yang tepat akan menilai variabel-variabel ini, dan memfilternya melalui pandangan inti kepemimpinan Anda. Ini sangat penting, mengingat Anda akan menjadi orang yang memimpin tim Anda dan perlu bersikap kuat pada keputusan Anda, ketika masa-masa sulit.
Pimpin dengan nilai-nilai Anda. Gunakan empati, kepercayaan diri, disiplin, mendengarkan, dan kebajikan lainnya untuk memimpin dalam waktu yang belum dipetakan.
Nelson Mandela pernah mengatakan, “Seorang pemimpin seperti seorang gembala. Dia tetap berada di belakang kawanan domba, membiarkan yang paling gesit maju ke depan, di mana yang lain mengikuti, tidak menyadari bahwa selama ini mereka diarahkan dari belakang.”
3. Dahulukan Orang
Komponen terpenting dari setiap krisis adalah orang. Tim Anda adalah perbedaan paling vital antara kesuksesan dan kegagalan, ketika ada ancaman bagi organisasi Anda. Ketika semuanya tampak berantakan, orang-oranglah yang akan menyatukannya kembali. Jika kita menghargai orang dan mengutamakan mereka, kita meningkatkan peluang untuk sukses menghadapi badai krisis.
Setiap keputusan yang Anda buat dan setiap kata yang Anda komunikasikan akan diingat. Krisis adalah waktu yang rentan bagi setiap orang. Mereka khawatir tentang pekerjaan dan keluarga mereka. Segala sesuatu yang tampak aman, kini terancam. Jika seorang pemimpin membuat masa krisis ini menjadi lebih sulit melalui kata-kata cemas, bahasa tubuh dan interaksi beracun, mereka akan melukai diri sendiri, tim mereka, dan bisnis mereka.
Cara terbaik untuk mengutamakan orang adalah dengan berbicara tentang kehidupan ke dalam hidup mereka. Dorong mereka setiap hari, tidak hanya untuk pencapaian kinerja mereka, tetapi untuk mereka sebagai pribadi. Angkat mereka saat mengalami kegagalan, dan tunjukkan pada mereka bagaimana Anda menghargai apa yang telah mereka lakukan. Dengarkan mereka dan cari tahu ide apa yang mereka miliki, apa yang mereka sukai, dan apa yang menjadi perhatian mereka. Mendengarkan adalah cara terbaik untuk menunjukkan bahwa kita menghargai orang.
Selama krisis, kita harus berkomunikasi secara lebih empati lagi. Orang-orang perlu mendengar dorongan dan visi terbaik. Masa-masa sulit tentu membutuhkan tim yang lebih kuat dan percaya mendapat jaminan sosial bagi kehidupannya.
4. Bersikap Tangguh dan Fleksibel
Jika Anda pernah memimpin melewati masa krisis, Anda pasti melihat, bagaimana semuanya bergerak sangat cepat. Anda mungkin berpikir sudah menemukan solusi, tetapi tidak berhasil atau krisis telah berkembang, dan sekarang solusi itu sudah usang. Itulah mengapa ketahanan dan fleksibilitas menjadi sangat penting.
Ketahanan memungkinkan kita untuk pulih dengan cepat setelah kemunduran. Alih-alih meremehkan diri sendiri atau menganalisisnya terlalu lama, kita cepat membersihkan kotoran mental, dan bangkit kembali. Kita dengam semangat terus berusaha. Fleksibilitas adalah ketika kita menyesuaikan diri secara efisien, mau belajar dan menemukan peluang. Kita tidak akan ragu ketika harus mengubah suatu proses atau strategi untuk menyesuaikan dengan situasi.
Ketika menerapkan kedua kebajikan ini, kita mengembangkan kekuatan internal diri. Dan kita siap untuk menghadapi tantangan secara langsung dan menemukan jalan untuk melaluinya.
“Kunci untuk kepemimpinan yang sukses adalah pengaruh, bukan otoritas.” – Kenneth H. Blanchard
5. Berhenti dan Ambil Langkah Mundur Sejenak
Penting dipahami bahwa kita pun perlu untuk berhenti sejenak, dan bernapas. Ambil langkah mundur, melihat dari jauh, dan analisis situasinya, sehingga dapat menyesuaikan strategi sesuai dengan situasi.
Ketika kita berhenti untuk mengamati kenyataan, kita dapat menemukan pilihan terbaik. Alih-alih sibuk dan bingung, kita akan bisa membuat keputusan strategis, yang menghasilkan output lebih baik dan lebih besar.
Nah Sahabat. Ketika kita menghadapi krisis, itu memang bisa menakutkan. Oleh karena itu, kita bergantung pada nilai-nilai dan pengalaman kita untuk mengembangkan strategi baru, sehingga dapat mengatasi setiap tantangan yang ada di hadapan kita.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter: @Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College