1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (311 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...
Published on: July 12, 2010 - 3:00 AM

Cara Manembah KEJAWEN

Budaya Kejawen memiliki cara tersendiri dalam Manembah (menyembah) kepada GUSTI PANGERAN (ALLAH). Agama yang dianut oleh orang Jawa sejak jaman kuno disebut Agama KAPITAYAN, sebelum masuk agama samawi.

Manembah berasal dari kata Sembah, bermakna bahwa kita mempersembahkan sesuatu.

Dalam melakukan Manembah, ada Empat Tataran Manembah yaitu:

1. Sembah Raga

Sembah raga bisa juga disebut dengan sembah sarengat (syariat) yang mengutamakan gerakan raga dengan cara yang sudah ditentukan, disertai dengan doa baik dengan suara yang dapat didengar orang lain maupun ucapan di dalam batin yang tidak terdengar. Dalam serat Wedhatama dijelaskan:

Sembah Raga puniku
Pakartining wong amagang laku
sesucine asarana saking warih
Kang wus lumrah limang wektu
Wantu wataking wawaton

(Sembah raga itu, pengertiannya orang yang sedang lelaku, caranya mensucikan diri dengan air, yang lumrah adalah lima waktu, cara-caranya sudah ditentukan)

Sembah raga ini dimaksudkan untuk membersihkan diri dengan latihan tertentu, khususnya latihan jasmani. Semua itu merupakan tahap awal yang harus dilewati oleh seorang pencari kebenaran.

2. Sembah Cipta

Manembah dengan cara ini adalah mendekatkan diri dengan menggunakan sarana ciptanya. Yang dimaksud dengan sembah cipta adalah menghentikan ciptanya supaya menjadi tenang. Caranya adalah dengan berdiam diri, dan berusaha menghentikan ciptanya. Berhentinya cipta seorang manusia itu disebut heneng yang memiliki arti meneng (diam dan tenang).

Mengapa gerakan cipta harus dihentikan? Karena daya cipta manusia merupakan aling-aling (tabir penyekat yang menghalangi manusia dengan dunia ghaib). Dengan menghentikan cipta maka akan terbukalah tabir penyekat tersebut yang memungkinkan manusia masuk ke alam ghaib untuk mendekat pada GUSTI (ALLAH).

3. Sembah Rasa

Sembah rasa biasa juga disebut sembah kalbu. Rasa manusia itu ada tiga yaitu rasa luar, rasa dalam, dan rasa sejati. Rasa luar adalah rasa yang terdapat pada kulit kita. Misalnya, rasa sakit, rasa panas yang kita rasakan pada kulit kita. Sedangkan rasa dalam, adalah rasa yang ada dalam diri kita. Misalnya, rasa marah, rasa senang dan lain-lain. Sementara rasa sejati adalah rasa yang dapat menerima dan mengerti aneka macam keghaiban.

Apa saja yang bisa terjadi dalam tataran sembah rasa tersebut? Hal itu bisa disimak dari serat:

Keleme mawa emut,
Lalamatan,
Jroning alam kanyut,
Sanyatane iku kenyataan kaki,
Sejatine yen tan emut
Sayekti tan bisa amor.

(Tenggelamnya dengan selalu ingat, sayup-sayup, berada dalam alam hanyut, kebenarannya itulah kenyataannya, Sejatinya kalau tidak ingat, maka tidak akan bisa bertemu dengan GUSTI (ALLAH).

Manembah rasa ini bisa disebut berhasil jika berada pada tingkat heneng-hening dan dapat mempertahankan kesadaran untuk masuk ke alam ghaib GUSTI (ALLAH). Jika sudah begitu, maka juga bisa disebut sumusuping rasa jati (menyusupnya rasa sejati). Hal itu bisa disimak dari tembang pangkur berikut ini:

Tan Samar Pamoring Suksma,
Sinuksmaya winahyua ingasepi,
sinimpen, telenging kalbu,
Pambukaning warana,
Tarlen saking liyep-layaping ngaluyup,
Pindha pesathing supena,
Sumusuping rasa jati.

(Bisa melihat pamornya suksma, yang terlihat maya dan bisa dilihat di dalam sepi, tersimpan dalam dasar kalbu, Pembukaannya lantaran rasa yang liyep yang mirip mengantuk, seperti melesatnya rasa, menyatu dengan rasa sejati)

Namun dalam tataran sembah rasa tersebut, apabila sudah muncul rasa kantuk yang amat sangat maka hendaknya si pelaku spiritual tetap “eling lan waspada”. Artinya, jika rasa ngantuk tersebut dibiarkan, maka kita akan langsung tertidur pulas dan gagallah upaya untuk mendekat pada GUSTI (ALLAH).

4. Sembah Jiwa

Bagi siapa saja yang sudah bisa melakukan sembah jiwa maka jiwa/suksma manusia tersebut dapat lepas dari raga atau jasmaninya. Peristiwa ini di kalangan Kejawen disebut “Ngrogo Sukma” atau pun “Mati Sakjroning Urip”. Dalam tataran tersebut maka kedekatan hamba dengan GUSTI (ALLAH) sudah boleh dikatakan dekat. Yang ada hanya rasa nikmat yang tiada taranya. Seperti diungkapkan Syech Siti Jenar bahwa rasa nikmatnya melebihi rasa bersenggama.

Rahayu…

Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Twitter: @Wuryanano

Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (311 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...

Leave a Comment

Your email address will not be published.